Info Sekolah
Sabtu, 11 Okt 2025
  • Kurikulum dalam pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemajuan pendidikan di suatu Negara, mulai dari ranah konsep hingga aplikasi atau praktek di lapangan. Karena memiliki peran sebagai rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan ajar penyelenggaraan pedoman pendidikan yang baik.
  • Kurikulum dalam pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemajuan pendidikan di suatu Negara, mulai dari ranah konsep hingga aplikasi atau praktek di lapangan. Karena memiliki peran sebagai rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan ajar penyelenggaraan pedoman pendidikan yang baik.
PPDB DKI JAKARTA 2024
6 Oktober 2025

Epimoni makna dari ketekunan atau kegigihan

Sen, 6 Oktober 2025 Dibaca 240x Blog / Karya Siswa 36

Novel Epimoni adalah sebuah kisah yang berakar pada tema ketekunan atau kegigihan—yang merupakan makna dari judul novel yang berasal dari bahasa Yunani. Novel ini menyajikan narasi tentang bertahan dan bangkit berulang kali meskipun segalanya terasa ingin menyerah. Penulis menghadirkan potret manusia yang rapuh namun tak kalah kuat, yang meskipun dilanda badai berkali-kali, tetap memilih untuk melangkah maju, pelan namun pasti. Novel ini diharapkan menjadi pengingat bahwa kegigihan adalah bentuk cinta yang paling jujur kepada hidup.

Cerita ini berpusat pada tokoh utama, Alamanda Dewi, seorang perempuan yatim piatu yang harus berjuang sendirian untuk bertahan hidup setelah kedua orang tuanya meninggal dunia secara bersamaan dalam satu waktu. Hidup dalam kesunyian dan kedinginan di rumah yang terasa tidak ada kehidupan, Alamanda kerap mempertanyakan takdir dan merasa bahwa semesta tidak pernah berpihak padanya.

 

Satu-satunya sandaran dan dukungan terhangat Alamanda adalah Riksa Baskara, teman masa kecilnya yang digambarkan tampan, baik, dan selalu siap sedia 24/7 untuk menerima laporan apapun dari Alamanda. Riksa secara rutin membawakan bekal makanan setiap hari, bahkan membelikan makan siang, sehingga uang saku Alamanda utuh tidak terpakai sama sekali. Riksa memiliki pembawaan yang tenang dan dewasa, yang kontras dengan Alamanda yang terkadang egois dan keras kepala. Riksa selalu mampu menenangkan Alamanda ketika ia merasa emosional atau putus asa.

Meskipun mendapat dukungan penuh dari Riksa, Alamanda mencoba mandiri. Ia merasa tidak enak karena terus bergantung pada Riksa (yang ia sebut sebagai teman, bukan tukang ojek atau ayahnya). Ia memutuskan untuk memulai usaha kerajinan tangan, menjual gelang, yang dia buat sendiri. Riksa dengan senang hati mendukung dan membantu mempromosikan gelang-gelang buatannya.

Alamanda juga menemukan peluang besar untuk mengejar hobinya, yaitu dengan mengikuti lomba tari tradisional. Alamanda berlatih dengan semangat, bahkan Riksa dengan sabar menemaninya meskipun merasa bosan. Riksa tampak terpukau oleh keanggunan dan keeleganan Alamanda saat mencoba kostum tari berwarna merah maroon. Ia tampil memukau dan keren, bahkan Bu Susi (pelatihnya) merasa bangga.

Namun, harapan Alamanda untuk menang hancur saat pengumuman lomba dirilis via daring. Ia mendapati dirinya kalah. Kekecewaannya memuncak karena ia menduga adanya kecurangan. Ia melihat bahwa peserta pemenang berasal dari SMAN 17, dan salah satu juri juga berasal dari sekolah yang sama. Alamanda meluapkan emosinya, merasa semesta tidak pernah berpihak padanya, dan menuduh Riksa tidak mengerti karena Riksa selalu menang. Riksa kemudian menasihatinya dengan lembut dan tenang, menjelaskan bahwa kekalahan adalah hal yang wajar dan bukan berarti penampilannya jelek. Untuk menghibur Alamanda, Riksa mengajaknya membeli dan makan es krim—sebuah tradisi masa kecil mereka untuk mengusir kesedihan.

Demi mendapatkan penghasilan yang lebih stabil, Alamanda kemudian mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah tempat yang bernama Cafe de Tea. Di sana, ia bertemu dengan Tyana Arsella, putri dari pemilik kafe, yang bersekolah di SMAN 17. Pertemanan mereka berkembang cepat; Alamanda menganggap Tyana sangat baik, bahkan lebih baik daripada seorang teman. Tyana mengizinkan Alamanda bekerja tanpa memerlukan berkas-berkas yang rumit.

Namun, kebahagiaan Alamanda diguncang oleh dua hal: hilangnya Riksa tanpa kabar selama hampir sebulan, dan konfrontasi yang mengerikan dengan Tyana.

Alamanda sempat melihat foto ayah Tyana (seorang pria paruh baya di kursi roda) yang terlihat familiar. Tyana, dalam suasana yang mencekam, tiba-tiba menyerang Alamanda, menuduhnya bahwa keluarga Tyana hancur karena ayah Alamanda. Ayah Tyana lumpuh dan mengalami kebangkrutan setelah kecelakaan mobil yang sama yang merenggut nyawa kedua orang tua Alamanda. Tyana, yang dipenuhi amarah, menyalahkan ayah Alamanda atas musibah tersebut, dan mengaku bahwa pertemanan mereka selama ini palsu. Alamanda benar-benar hancur, merasa dikhianati dan sendirian di tengah malam yang dingin.

Meskipun terpuruk, Alamanda memilih untuk tidak menyerah. Ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk fokus total pada pekerjaan paruh waktu dan pendidikannya, bahkan mengurangi waktu istirahat. Kegigihan ini membuahkan hasil luar biasa: Alamanda berhasil meraih beasiswa untuk kuliah di Harvard.

Saat Alamanda sedang berada di Bandara Husein Sastranegara Bandung dan bersiap untuk berangkat, Riksa muncul tiba-tiba dengan penampilan yang acak-acakan. Alamanda yang terkejut dan marah langsung memeluk dan memukulnya. Riksa menjelaskan bahwa ia menghilang karena koma dan dirawat di Rumah Sakit di Jakarta akibat penyakit gagal ginjal yang sudah lama dideritanya. Riksa sengaja menyembunyikan penyakitnya karena tidak ingin Alamanda khawatir dan tidak ingin menjadi penghalang kesuksesan Alamanda di Harvard.

Di tengah suasana yang mendesak karena waktu keberangkatan, Riksa berlari kembali ke arah Alamanda. Ia merogoh kantung jaketnya, mengeluarkan sebuah cincin berlian cantik dengan permata emerald kecil. Riksa melamar Alamanda, memintanya untuk menikah dengannya setelah Alamanda menyelesaikan studinya di Harvard selama tiga tahun. Riksa mengungkapkan mimpinya untuk menjadi Ayah dan Suami yang baik, serta tulang punggung keluarga. Alamanda yang terharu dan bahagia menerima lamaran tersebut.

Tiga tahun kemudian, Alamanda kembali ke Bandung. Riksa dan Alamanda akhirnya menikah dalam upacara yang intim dan elegan (Intimate Wedding). Kisah Alamanda berakhir bahagia, di mana ia berhasil melewati berbagai penderitaan, rapuh, dan hancur, namun tetap bangkit. Alamanda dan Riksa kemudian dikaruniai buah hati kembar. Alamanda bersyukur karena telah diberi hadiah yang indah oleh Tuhan setelah melewati masa-masa sulit.

Cerita diatas merupakan ringkasan dari Novel Epimoni, untuk lebih lengkapnya dapat membaca disini 

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar