Info Sekolah
Sabtu, 11 Okt 2025
  • Kurikulum dalam pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemajuan pendidikan di suatu Negara, mulai dari ranah konsep hingga aplikasi atau praktek di lapangan. Karena memiliki peran sebagai rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan ajar penyelenggaraan pedoman pendidikan yang baik.
  • Kurikulum dalam pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemajuan pendidikan di suatu Negara, mulai dari ranah konsep hingga aplikasi atau praktek di lapangan. Karena memiliki peran sebagai rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan ajar penyelenggaraan pedoman pendidikan yang baik.
PPDB DKI JAKARTA 2024
7 Oktober 2025

Pangeran di daial Lautan

Sel, 7 Oktober 2025 Dibaca 14x Berita Viral / Blog / Karya Siswa 36

Novel “Pangeran di dalam Lautan” (ditulis oleh RAKA AFRILIANTO dan diterbitkan di Jakarta) adalah sebuah dongeng yang mengisahkan petualangan tiga pangeran yang bertujuuan untuk mencari ilmu dan pengalaman demi menjadi pemimpin yang bijaksana. Kisah ini menekankan nilai-nilai moral seperti persaudaraan, kejujuran, kerja sama, dan pentingnya mengambil keputusan yang bijak.

Tiga Pangeran dan Motivasi Merantau

Kisah ini berlatar di Kerajaan bawah laut, tempat tinggal tiga putra raja: Muhammad Yusuf Kristof (Kristof, putra sulung), Ahmad Louis Ali (Louis, putra kedua), dan Abdullah Amir Mahesa (Mahesa, putra bungsu). Kristof menyadari bahwa meskipun mereka adalah anak raja, mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk memimpin rakyat agar hidup sejahtera dan aman sentosa. Kristof menjelaskan bahwa penggantian raja harus didasarkan pada ilmu, kebijakan, dan keadilan, bukan semata-mata keturunan. Ketiga bersaudara itu sepakat untuk mengembara mencari ilmu dan pengalaman ke luar negeri.

Setelah mendapat restu dari Raja dan Ratu, mereka mempersiapkan diri untuk pergi ke Pulau Atlantis. Malam sebelum keberangkatan, Ratu menceritakan sebuah dongeng terakhir tentang persahabatan Katak, Kumbang, dan Burung Mersan. Dongeng tersebut mengisahkan kerja sama ketiga hewan itu untuk membalas dendam kepada Raja Gajah yang telah membunuh anak-anak mereka. Dengan strategi Katak masuk ke perut gajah, Burung Mersan mengawasi, dan Kumbang menyengat mata, mereka berhasil membunuh Raja Gajah. Hikmah yang diambil para pangeran dari kisah tersebut adalah pentingnya persatuan, kerja sama, dan strategi yang matang.

Pencarian Ilmu dan Pengalaman

Setelah tiga bulan perjalanan, mereka tiba di sebuah simpang tiga dan memutuskan untuk berpisah agar masing-masing dapat memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Mereka berjanji akan bertemu kembali di simpang tiga tersebut lima tahun kemudian.

  1. Kristof (Jalur Kanan): Ilmu Kebaikan Kristof tiba di daerah yang dihuni para ahli agama. Ia berguru kepada seorang Kiai dengan syarat harus jujur dan mengikuti semua amal kebaikan gurunya (salat, mengaji). Setelah lima tahun, Kristof menguasai ilmu kebaikan hingga mampu meramalkan kejadian di masa depan dan dijuluki Kiai Pangeran.
  2. Louis (Jalur Lurus): Ilmu Pertukangan Louis tiba di negeri yang indah, yang merupakan pusat belajar ilmu pertukangan. Ia berguru di Sanggar Kreativitas Unggulan. Dalam lima tahun, Louis menjadi sangat mahir dalam pertukangan, bahkan mampu menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan 40 orang hanya dalam tujuh hari, dan ia dijuluki Pangeran Pertukangan.
  3. Mahesa (Jalur Kiri): Ilmu Kejahatan Mahesa tiba di negeri Sarang Penyamun, tempat orang-orangnya berjudi, menyabung ayam, dan merampok. Meskipun diperingatkan, Mahesa bertekad untuk tetap mencari ilmu. Ia berguru kepada kepala penyamun dan menguasai semua ilmu kejahatan, melampaui gurunya, hingga dijuluki Pangeran Penyamun.

Kepulangan dan Ujian Raja

Ketiga pangeran bertemu kembali di simpang tiga. Kristof, dengan ilmu ramalannya, mengetahui bahwa Mahesa telah belajar ilmu penyamun, yang awalnya disangkal Mahesa karena malu.

Dalam perjalanan pulang, mereka ditangkap oleh pasukan perampok. Kristof, yang sudah tahu akan terjadi, berpesan kepada adik-adiknya agar hanya memakan makanan yang ia makan. Mereka berhasil melewati ujian makanan haram yang disajikan Raja Perampok. Kristof kemudian mengungkapkan kelemahan Raja Perampok (kekuatannya ada pada rambutnya). Karena takut rahasianya terbongkar, Raja Perampok menyogok mereka masing-masing dengan sekaleng uang ringgit dan membebaskan mereka.

Sekembalinya ke istana, Raja dan Ratu menguji ketiga putra mereka:

  • Ujian Kristof: Membaca Alquran di depan para alim ulama dan penduduk. Kristof membacanya dengan sangat khusyuk dan memukau, tetapi ia tidak menjaga kesucian diri karena tidak peduli disentuh dan dikerumuni wanita (tidak dapat mengendalikan keadaan).
  • Ujian Louis: Ditandingkan dengan 40 ahli bangunan tersohor untuk membuat rumah dalam 30 hari. Louis, yang bersifat sombong, sengaja menunda pekerjaan. Untuk menang, Louis memanggil jin dan menciptakan badai dahsyat yang menghalangi pekerjaan 40 ahli lainnya. Louis menang, tetapi Raja menilai Louis sombong dan curang dalam meraih kemenangan.
  • Ujian Mahesa: Raja menguji Mahesa dengan serangkaian tantangan kejahatan, termasuk mengalahkan semua jago judi dalam dua hari, mencuri 40 laskar beserta kuda mereka dengan penyamaran dan obat tidur, mencuri Kadi dari menara dengan menyamar sebagai malaikat maut, dan mencuri selimut Raja saat ia tidur. Mahesa berhasil melaksanakan semua ujian tersebut dengan strategi dan perhitungan yang cerdas, termasuk menipu Raja Perampok dengan kambing hitam sehingga Raja mengira ia membunuh Mahesa.

Keputusan Raja

Setelah semua ujian, Raja menyimpulkan bahwa Kristof meskipun ahli agama, tidak dapat mengendalikan kerajaan. Louis meskipun ahli pertukangan, bersikap sombong dan curang. Sementara itu, Mahesa menguasai semua ilmu kejahatan, tetapi tidak pernah mempraktikkannya; ia hanya belajar. Mahesa cerdas, bijaksana, penuh perhitungan, dan tidak sombong.

Oleh karena itu, Raja mengangkat Mahesa menjadi Raja Muda di kerajaan tersebut. Kristof dan Louis menyadari bahwa mereka harus belajar lagi, bukan hanya untuk memperoleh ilmu, tetapi untuk memahami dan menggunakannya demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya, ketiga pangeran itu terus belajar, dan kerajaan mereka menjadi makmur dan sejahtera.

Kisah ini menyimpulkan bahwa kepemimpinan sejati tidak hanya didasarkan pada kekuatan atau kecerdasan, tetapi pada hati yang tulus dan bijaksana yang mampu melayani dan mengayomi rakyat.

 

Baca selengkapnya disini

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar